Senin, 19 September 2011

Mengenal Lebih Jauh IPTN atau PT. Dirgantara Indonesia (DI)

Spoiler for logo IPTN:

Spoiler for Sekilas IPTN:


PT. Dirgantara Indonesia (DI) (nama bahasa Inggris: Indonesian Aerospace Inc.) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. DI didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Lalu berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.

Spoiler for Nurtanio:


Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. DI juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya. Dirgantara Indonesia pernah mempunyai karyawan sampai 16 ribu orang. Karena krisis ekonomi banyak karyawan yang dikeluarkan dan karyawannya kemudian menjadi berjumlah sekitar 4000 orang.

Pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an DI mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lain-lain. Meskipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, DI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007. Namun pada 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan. Meski begitu, PT DI masih saja menghadapi masalah keuangan, yang memengaruhi pembayaran gaji karyawan, sehingga sering terlambat dibayar. Bahkan, tunjangan kesehatan karyawan pun dihentikan akibat perusahaan menunggak pembayaran kepada RS Hasan Sadikin, Bandung, sebesar 3M rupiah.


Spoiler for Otak Jerman Hati Mekkah:


Spoiler for Sejarah Awal:


LAPIP
Lembaga Persiapan Industri Penerbangan diresmikan pada 16 Des 1961, dibentuk oleh KASAU untuk mempersiapkan industri penerbangan yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan nasional.

Sehubungan dengan ini LAPIP pada tahun 1961 menandatangani perjanjian kerjasama dengan CEKOP (industri pesawat terbang Polandia) untuk membangun sebuah industri pesawat terbang di Indonesia.

Kontrak dengan CEKOP:

  • Membangun gedung untuk fasilitas manufaktur pesawat terbang
  • Pelatihan SDM
  • Memproduksi PZL-104 Wilga under licence sebagai Gelatik.


Spoiler for Penampakan Wilga:


Spoiler for Wilga dalam 3 sumbu:


Gelatik
Pesawat Gelatik diproduksi sebanyak 44 unit,dipergunakan sebagai pesawat pertanian, transpor ringan dan aero-club.

LIPNUR
Pada tahun 1965 Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) untuk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.
Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.



Spoiler for Produk-produk IPTN:

Pesawat Sayap Tetap

1. N-2130, Proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997

 
Spoiler for penampakan:


Spoiler for penampakan. merah=80 penumpang, hitam=100 penumpang, biru=130 penumpang:


Spoiler for cerita N-2130:


Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia oleh Nurtanio.

Pada 10 November 1995, bertepatan dengan terbang perdana N-250, Presiden Soeharto mengumumkan proyek N-2130. Soeharto mengajak rakyat Indonesia untuk menjadikan proyek N-2130 sebagai proyek nasional. N-2130 yang diperkirakan akan menelan dana dua milyar dollar AS itu, tandasnya, akan dibuat secara gotong-royong melalui penjualan dua juta lembar saham dengan harga pecahan 1.000 dollar AS. Untuk itu dibentuklah perusahaan PT Dua Satu Tiga Puluh (PT DSTP) untuk melaksanakan proyek besar ini.


2. N-250 "Gatotkaca" (Tahap uji terbang prototype)


Spoiler for penampakan:


Spoiler for penampakan:
Spoiler for cerita N-250:
Adalah pesawat regional komuter turboprop primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin, dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.


3. NC-212


Spoiler for penampakan:
Spoiler for cerita:
C-212 Aviocar adalah sebuah pesawat berukuran sedang bermesin turboprop yang dirancang dan diproduksi di Spanyol untuk kegunaan sipil dan militer. Lisensi produksi di Indonesia dipegang DI dengan kode NC-212. DI adalah satu-satunya perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk membuat pesawat jenis ini di luar pabrik pembuat utamanya.
Sampai 2006 masih tercatat beberapa pesawat ini masih operasional di seluruh dunia termasuk Merpati Nusantara Airlines untuk jalur perintis di Timur Indonesia.


4. CN-235


Spoiler for penampakan:
Spoiler for cerita:
Pesawat ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol. Pesawat ini saat ini menjadi pesawat paling sukses pemasarannya dikelasnya.
CN-235 dikembangkan dalam banyak varian, salah satunya CN-235 MPA yaitu Versi Patroli Maritim


5. N-219


Spoiler for penampakan:
Spoiler for cerita:
N-219 adalah pesawat generasi baru yang cocok untuk tujuan di daerah2 terpencil. N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan dapat digunakan untuk transportasi penumpang dan kargo. N-219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret 2010. N-219 merupakan pengembangan dari NC-212.


6. NU-200 "Sikumbang"


Spoiler for penampakan:


Spoiler for penampakan:


Spoiler for NU-200 "Bee" mirip KT-1 "Woongbee" yang juga digunakan TNI-AU:

7. Belalang

Spoiler for penampakan:

8. Kunang

Spoiler for penampakan:

9. Gelatik


IPTN juga memproduksi berbagai komponen pesawat (sebagai sub-kontraktor pabrikan luar negeri) diantaranya komponen sayap dari Boeing 737, 767, Airbus A320, A330, A330, A340, A380 dan A350. A380 sendiri merupakan pesawat penumpang terbesar saat ini.

Spoiler for A380:


Helikopter


1. NBO 105 dipergunakan secara luas di Indonesia, lisensi dari MBB Jerman.

Spoiler for penampakan:

2. NBK 117

Spoiler for penampakan:

3. NBell 412 lisensi dari Bell Helicopter, AS

Spoiler for penampakan:


4. NAS 330 Puma lisensi dari Aerospatiale, Perancis dan NAS 332 Super Puma Pengembangan dari Puma, lisensi dari Eurocopter, Perancis

Spoiler for penampakan:

5.Tailboom dan fuselage dari EC-725 dan EC-225

Spoiler for penampakan EC-725:

Lainnya
1. Torpedo SUT

Spoiler for
Pemasangan torpedo SUT buatan pada KS Kri Cakra
:

2. Turbin Uap 2 MW dan 4 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT. DI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar